Cast : Taeyeon & Jungkook
Rating : Life School
Genre : RomanceLength : Chapter
Back : Ch 1
Disclaimer
Fanfiction ini hasil dan murni dari imjinasi saya, maaf jika ada kesalahan dan kesamaan baik yang di sengaja maupun tidak.Saya masih baru jadi mohon dimaklumi , maaf juga kalo Ff ini Geje , kata – katanya berantakan, semua yang saya tulis semata-mata hanya untuk menghibur para pembaca.
Dilarang Copas dan mengganti nama pemilik ff.
Happy reading ^^
Dont Copas
Flashback
“Hey bisakah kalian saat berjalan pakai mata?”,
Tiffany marah karena Irene dengan enaknya menyenggol Taeyeon hingga terpental
dan jatuh. “Yang jatuh bukan kau nyonya Hwang, kenapa kau yang marah – marah?”.
“Karena yang jatuh adalah sahabatku”. “Benarkah?”. Irene mulai mensejajarkan dirinya
dengan Teayeon yang terhatuh di bawah. “Apa hanya sahabatmu yang bisa
membelamu?”, Irene mengangkat dagu Taeyeon. “Oh aku lupa kau tidak punya pacar
ya.. Sayang sekali jika wajah secantik ini tidak memiliki pacar”, sembari
mengelus – elus wajah Taeyeon.
Taeyeon mengmenepis tangan Irene dari wajahnya.
Dan mulai berdiri. “Jangan karena tadi kau dihampiri oleh Taehyung dan Jungkook
kau bisa sebangga ini ya, kau tau mereka tidak akan melirikmu dengan sikap
seperti itu, terutama uri Jungkook. Jangan pernah berharap”. Irene dan teman –
temannya meninggalkan Taeyeon dan Tiffany begitu saja. “Dasar tukang ulah”,
seru Tiffany.
Flashback end
“Terima saja Tae , buktikan pada mereka bahwa
Jungkook mereka bisa menjadi pacarmu”, bisik Tiffany. Lalu memberi semangat
Jungkook. “Terima . Terima . Terima”, Taehyung dan yang berada di dalam kantin
pun ikut berkata seperti itu.
“Bagaimana noona?”.
“Ne , aku mau”. Semua bersorak untuk mereka. “I Love
You noona”, teriak Jungkook yang hanya dibalas anggukan oleh Taeyeon.
Tiffany tersenyum bangga saat menatap Irene dan
teman – temannya.
--
“Dia bahkan tidak membalasku”, gelisah Jungkook.
“Kembali kerencana, kau harus membuatnya menyukaimu satu fakta yang kuketahui ,
dia adalah orang terpintar diantara para siswa dan namamu langsung terangkat
karena menjadi pacarnya”. “Benarkah?”, Jungkook tersenyum bangga. “Berarti para
guru akan mengenalku”. “Kau jangan senang dulu, dia adalah senior disini (kelas
12) dan murid terpintar, menjadi pacarnya memiliki beban tersendiri”.
“Maksudmu?”,tanya Jungkook penasaran.
“Kau harus menjadi orang yang pinatr juga
bodoh, apa kau mau di permalukan oleh guru jika pacar dari seorang Kim taeyeon
adalah orang yang bodoh?”. “Apakah harus seperti itu?”. “Harus, minggu depan
ada ulangan fisika , kau harus bisa mendapat nilai tertinggi dikelas supaya
guru bisa memujimu jika tidak”. “Jika
tidak kenapa?” . “Taeyeon noona akan disuruh memutuskanmu karena kau akan
menjadi hama bagi Taeyeon noona”.Lanjut Taehyung.
“Dan rencanamu untuk membuat Taeyeon noona
mengatakan I Love You akan gagal”.
“Baiklah”.
==
Seperti biasanya dia kini sedang membaca buku di
bangku pinggir halaman yang menjadi tempat favoritnya untuk membaca. Tiba –
tiba saja pandangan Taeyeon menjadi gelap. Ada sebuah tangan yang menutupi
kedua matanya. “Fany-ah cukup , jangan lakukan ini”, ujar Taeyeon meletakkan
buku dipangkuannya. Taeyeon terdiam,
‘kenapa Tiffany tak manyahut perkataanku’, kata Taeyeon dalam hati. “Fany-ah
ayolah, cukup”, kali ini Taeyeon mencoba melepaskan tangan yang menutupi
matanya.
Taeyeon terdiam kembali, di merasa bahwa itu bukan tangan milik
Tiffany, bagaiman bisa tangan Tiffany menjadi sebesar itu?. Perlahan Taeyeon
membuka tangan itu dan matanya perlahan melihat dunia . Saat matanya terbuka
dengan cepat Taeyeon menoleh kebelakang untuk melihat siapa orang yang menutupi
matanya.
Senyuman manis yang diberikan namja itu saat si
yeoja melihat kehadirannya. Tanpa basa – basi lagi namja itu mendudukan dirinya
disamping yeojanya. “Taeyeon noona”,
Jungkook berhenti sebentar, “Em.. Apakah aku harus memanggil yeojaku seperti
itu? Kurasa tidak , bagaimana jika aku memanggilmu Yeoni? Lebih maniskan , bagaimana menurutmu?” .
Taeyeon masih belum menggubris perkataan Jungkook. 5 menit kemudian, “Aku
setuju”, kata Taeyeon. Jungkook tersenyum. “Yeoni”,panggil Jungkook. “Hm?”.
“Bolehkah aku meminta tolong?”. “Mintalah”.
“Minggu depan aku ada ulangan fisika, bisakah Yeoni
membantuku belajar?”, Taeyeon memalingkan matanya dari buku menuju Jungkook ,
dia mengangkat alisnya satu. “Bagaimana?”. “Kau taukan jika aku murid kelas 12
disini , jadi aku butuh banyak belajar tanpa diganggu”. Jungkook langsung
terdiam. “Noona, aku mohon ajari aku”, kini Jungkook berada di bawah Taeyeon
menyatukan kedua telapak tangannya untuk memohon kepada Taeyeon. Taeyeon
mereasa gusar, dengan cepat Taeyeon menarik Jungkook untuk segera berdiri , “Baik
, baiklah.. Kau tidak harus melakukan hal seperti itu”.
“Jadi Noona mau
mengajariku? Yeayyy!!!”. “Jungkook hentikan teriakanmu itu”. “Jungkook? Apa itu
nama panggilan untuk pacarmu ini? Aku akan berteriak lagi jika noona tetap
memanggilku Jungkook”. Taeyeon semakin
gusar dengan sikap Jungkook kali ini , namja ini sangat menyebalkan menurutya,
Chanyeol kalah menyebalkan dengannya. “Cepat noona , atau aku akan-”.
“Baiklah!! Jangan berteriak”, sanggah Taeyeon. Jungkook memasang ancang –
ancang untuk berteriak. “Jangan lakukan itu Kookie”. “Apa?”, tanya Jungkook
memasang aksen tidak dengar. “Kookie”. “Kurang jelas”. “Kookie”, ssedikit
berteriak Taeyeon mengatakannya. “Begitukan enak didengar”, sambil memasang
muka senangnnya.
“Sudah cukup bercandanya, kapan mulai belajarnya aku
tidak punya banyak waktu”.
“Sekarang”. “Tapi ini sudah mau masuk kelas”. “Kalau
begitu istirahat”. “Dimana?” .
“Di kantin” . “Tidak , itu tidak akan membuatmu bisa
belajar. Di perpustakaan lebih baik”.
“Perpustakaan?”, Taeyeon memasang muka garangnya.
“Ah ne , diperpustakaan”
==
“Materi apa yang akan dikeluarkan?”. “Ini”, tunjuk
Jungkook.
“Yeoni”, panggil Jungkook. “Hm?”. “Bulan depan adalah ulang tahunku”.
“Lalu?”
“Maukah besok pergi denganku?”, tanya Jungkook.
“Ulang tahunmu bulan depan tapi kau mengajakku pergi besok”, sergah Taeyeon.
“Aku hanya ingin mengajakmu pergi”, ucap
lembut Jungkook. Kata- kata itu bagaikan sebuah mantra yang mampu meruntuhkan
dinding perasaan Taeyeon. Darah Taeyeon langsung mendesir cepat. “Ayo belajar”, kata Taeyeon sambil memukul
kepala Jungkook dengan buku untuk menghilangkan sesuatu yang aneh di dalam
tubuhnya.
.
.
“Kemana sebenarnya kau akan membawaku?”, tanya
Taeyeon. “Kesuatu tempat, yang banyak orang mengetahuinya”. “Dimana?”.
“Lihatlah nanti sendiri”.
Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai ditempat
tujuan. “Sungai Han?”, Jungkook mengangguk. “Ku tunggu bulan depan kau disini”.
“Maksudmu?”, Taeyeon benar – benar tidak mengerti maksud dari perkataan Jungkook. “Kajja , keluar Yeoni-ya”. Jungkook
keluar mobil dan disusul oleh Taeyeon. Mereka
mulai duduk di tanah. “Kenapa kau mengajakku kesini?”. “Tidak apa, aku hanya
ingin mengajak pacarku kesini”. Jungkook merogoh saku jaketnya. Dan keluarlah
sebuah kotak berwarna hitam berpita silver. Taeyeon masih menatap sungai Han
itu. “Ini”, kata Jungkook setelah membuka kotak itu.“Apa ini?”. “Ini kalung,
untukmu”.
Flashback
“Taeyeon”, panggil seseorang. “Ne”.
“Apa kau pacaran dengan namja tadi?”. “Hm , kenapa
Dami-ya?”. “Dia adalah namja yang suka membuat yeoja berkata I Love You
kepadanya. Aku takut jika dia berpacaran denganmu hanya ingin membuatmu berkata
I Love You kepadanya”. Taeyeon terdiam , dan mulai memikirkan perkataan Dami
barusan. “Aku hanya ingin memperingatimu, hati – hati dengan namja itu”. “Hm,
baiklah.. Terimakasih sudah memberitahuku”.
Flashback end
Tanpa sadar kalung itu sudah melingkar manis di
leher Taeyeon. “I Love You”. “Hm, aku tau, gomawo kookie”.
.
.
Pletak
Satu pukulan mendarat mulus di kepala Jungkook,
“Siapa yang menyuruhmu tidur? Ayo selesaikan ini”. Jungkook meringis kesakitan
dan dia mulai mepoutkan bibirnya. “Yeoni bisakah kau membangunkanku dengan
ciuman saja?”. “Mau kupukul lagi?”. “Aku benar – benar kesakitan”, ringisan
Jungkook semakin jadi dan membuat Taeyeon merasa bersalah. “Apa itu benar –
benar sakit?”, khawatir Taeyeon. “Mianhe”, sembari mengusap kepala Jungkook.
“Bagaimana?”, tanya Taeyeon. Jungkook langsung menaruh tangan Taeyeon di
pipinya. “Disini juga”. “Ish..”, Taeyeon langsung mencubit pipi Jungkook dan
menghasilkan jeritan yang cukup besar. Sampai – sampai penjaga perpustakaan
menegur mereka. “Jangan berteriak”.
“Itu salahmu, kau yang membuatku berteriak.”
“Ya!!”.
“Ekhem!!”, sekali lagi penjaga perpustakaan menegur
mereka kali ini dengan tatapan mematikan. Taeyeon dan Jungkook langsung terdiam
bagaikan patung. Kemudian kekehan kecil keluar dari bibir keduanya.
Satu minggu kemudian
“Baiklah , saya akan membagikan hasil ulangan fisika
kalian”. “Nilai tertinggi diraih oleh Jungkook dengan hasil 100”, lanjut Nun
songsaengnim. Semua bertepuk tangan untuk Jungkook. “Kau berhasil”, kata Taehyung.
.
.
“Yeoni aku mendapat nilai tertinggi, gomawo
Yeoni-ya”, Jungkook langsung memeluk Taeyeon yang langsung mendapat dorongan
dari Taeyeon. “Ini sekolahan”, kata Taeyeon sembari melihat sekitarnya.
“Biarkan, gomawo Yeoni-ya I Love You”. “Hm”.Kata Taeyeon singkat. Yang kemudian
mulai beranjak dari tempatnya. “Hey tunggu”, Jungkook memegang tangan Taeyeon
supaya yeoja itu tetap di tempatnya. “Kenapa setiap kali aku berkata I Love You
kau tak membalasnya?”. Jungkook menatap manik mata Taeyeon yang terlihat sama
saja’datar’. “Say you love me”, lanjut Jungkook.
Taeyeon masih belum memberi
respon. ‘Jadi benar apa yang Dami katakan waktu itu, dia hanya ingin aku
berkata I Love You kepadanya’, kata Taeyeon dalam hatinya. “Kenapa kau selalu
menuntut? Aku akan mengatakannya jika aku mau, tapi tidak untuk sekarang”.
Taeyeon menghempas tangan Jungkook dan meninggalkannya. “Yeoni, maksudku-”,
Jungkook tidak bisa melanjutkan perkataanya karena gadis itu dengan cepat pergi
meninggalkannya.
.
.
“Tiffany noona , apa kau melihat Yeoniku?”, tanya
Jungkook. “Wae? Ada apa dengan kalian? Apa kalian bertengkar?”. Tanya antusias
Tiffany. “Hanya salah paham”, ujar Jungkook, “Benarkah?”, tanya Tiffany
memastikan. Jungkook mengangguki. “Apa kau melihatnya?”. Tanya Jungkook lagi.
“Dia ada di taman”. “Gomawo noona”, dengan lekas Jungkook berlari menuju
Taeyeon.
-
-
Para yeoja sedang mendapati yeoja itu terduduk di
taman sendirian. Meraka menghampiri gadis itu dan langsung menghujatnya dengan
berbagai perkataan. “Mana pacarmu? Apa dia tidak ada? Oh aku melihat kalian
tadi bertengkar. Apakah ada masalah? Aku harap begitu, dan putuskan saja dia.
Jika tidak kau putuskan duluan , dia akan memutuskanmu terlebih dahulu”. Irene
, siapa lagi yang iri dengan Taeyeon jika bukan Irene orangnya. “Aku tidak akan
memutuskannya, jadi simpan ucapanku baik - baik”. Kata Jungkook yang membuat
semua orang disana membisu terutama Taeyeon yang masih melihat Irene di depannya.Tanpa
melihat wajahnya Taeyeon tau jika suara itu adalah suara Jungkook.
“Sekarang kalian pergi”, titah Jungkook pada
mereka dan menghampiri Taeyeon. Irene memandang Jungkook dengan ekspresi ‘aku
bisa menjelaskannya’. Namun mata Jungkook bersirat penolakan. Gadis tertunduk
dan pergi dari sana. Setelah mereka
pergi Jungkook mendudukan dirinya disamping Taeyeon.
“Maafkan aku Yeoni, bukan maksudku untuk memaksamu.
Aku akan menunggumu mengatakannya sendiri kepadaku , aku akan menunggu ”. Sesal
Jungkook. “Setelah aku mengucapkannya , kau akan memutuskanku kan. Itu yang kau
cari selama ini, itu yang kau tunggu selama ini, atau memang itu tujuanmu dari
awal”. Ujar Taeyeon dengan cukup tegas.
“Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mengerti”.
“Jangan begitu , kau membuatku menjadi orang jahat.
Kau selalu berkata say love me kepada para yeoja dan sekarang aku menjadi
targetmu selanjutnya”. Taeyeon mengambil nafas sejenak. “Kau pikir aku ini apa?
Huh?”, lanjut Taeyeon.
“Lalu kenapa kau menerimaku saat itu? Kenapa? Apa
karena kau kasihan padaku? Huh? Jawab aku”, kini Jungkook yang memberi
pertanyaan dan membuat Taeyeon mengingat kembali alasan apa yang membuat
dirinya menerima Jungkook.
“I Love You noona , aku mencintaimu , aku
mencintaimu, terserah kau percaya apa tidak”.
Jungkook pergi meninggalkan Taeyeon sendiri. Itu adalah kejadian penuh
emosional. Tidak ada pertanyaan yang terjawab, semuanya tergantung seperti
gantungan jemuran yang tak kunjung di angkat.
Satu minggu kemudian.
“Dimana Jungkook?”, Tanya Tiffany pada Taehyung . Taehyung
menghela nafasnya,“Aku tau kami adalah bocah ingusan yang masih labil. Tapi apa
pantas jika seorang sunbae seperti Taeyeon noona melakukan itu kepada Jungkook.
Apa Taeyeon noona tidak bisa merasakannya?”, tanya Taehyung diakhir kalimatnya.
“Sepertinya kau terlalu menyudutkan Taeyeon”, tukas Tiffany dengan memandang Taehyung
sedikit mengancam. “Tidak , aku tidak bermaksud begitu ,hanya saja tadi
Jungkook berkata padaku ”. “Dia mengatakan apa?”. “Dia akan pindah sekolah ke
jepang”.
“Benarkah? Kenapa dia pindah? ”. tanya Tiffany.
“Menurut noona?”.
.
.
“Itu bukan urusanku”,
“Bukan urusanmu? Benarkah? Tetapi kenapa wajahmu
berkata sebaliknya?”. Tiffany melihat temannya itu dalam diam. “Apakah ini
akhir dari hubungan kalian?”, tanya Tiffany memastikan bahwa temannya itu
memang sedang baik – baik saja. Taeyeon menghela nafasnya kasar, “Bukankah
hubungan ini tidak diawali dengan perasaan?
Kau sendirikan yang menyuruhku untuk menerimanya supaya aku mendapat
pengakuan dari Irene? Dan sepertinya kau juga tau jika dia hanya ingin mendapat
pengakuan setelah dia berhasil membuatku berkata I Love You kepadanya, jadi apa
yang membuatmu khawatir begini?”. Tanya Taeyeon ada akhirnya.
Tiffany
menggeleng – gelengkan kepalanya tidak habis pikir. “Kau!! Kau membuatku sangat
khawatir, kau bukanlah Taeyeon yang kukenal lagi. Seminggu belakangan ini kau
berubah Tae, apakah kau tidak menyadarinya? Sebesar itukah gengsimu sampai –
sampai kau tidak ingin mengakuinya kepada sahabatmu ini?Huh? Aku tau , aku tau
kenapa seminggu ini kau sering melamun, menangis tanpa suara. Apa kau pikir
sahabatmu ini cukup bodoh hingga tidak bisa mengetahui keadaan sahabatnya yang
sedang terpuruk. Aku bukanlah sahabat yang jahat Tae”.
Taeyeon terdiam , dia
benar – benar terdiam sekarang. Satu menit kemudian Taeyeon membuka suara.
“Adanya dia akan merusak prestasiku, yang aku pikirkan adalah bagaimana aku
bisa melanjutkan studiku tanpa bantuan sedikitpun dari orang tuaku. Aku tidak
mau di cap anak manja oleh kakakku, kau harus mengerti juga bagian ini”.
Taeyeon adalah anak orang berada, orang tuanya
memiliki perusahan turun menurun yang cukup dikenal di korea. Taeyeon memiliki
seorang kakak yang selalu ia banggakan tetapi setelah beberapa tahun mereka
berpisah karena sang kakak harus melanjutkan studinya diluar negeri sifat
kakaknya itu berubah.
Dia selalu memberi sindiran – sindiran yang tidak enak
didengar di telinga Taeyeon, karena Taeyeon adalah anak kedua yang artinya anak
paling kecil orang tua mereka memberi kasih sayang lebih kepada Taeyeon mungkin
darisana timbul rasa iri dari sang kakak. Kini kakaknya yang bernama Kim Jongin
itu bekerja di Amerika dan kesempatan itulah yang Taeyeon ambil untuk
menunjukkan kepada sang kakak bahwa dia bisa melakukan semuanya dan dia
bukanlah anak manja yang akan selalu dibantu oleh orang tuanya.
“Untuk itu, jika memang kehadiran Jungkook membuat
prestasimu buruk lalu apa sekarang? Kau tidak berbicara ani tidak bertemu
dengan Jungkook saja sudah membuatmu
beberapakali dikeluarkan dari kelas karena tidak memperhatikan guru saat
menerangkan. Sekarang yang menjadi masalah bagimu adalah ketidak adaan
Jungkook. Bukankah saat hubungan kalian tidak apa – apa prestasimu tidak
menurun? Malah setiap harinya kau selalu ceria, apakah itu yang kau sebut
dengan prestasimu menurun? ”, Tiffany benar – benar tidak habis pikir dengan
sahabatnya ini. Tiffany akui bahwa Taeyeon tidak tau menau tentang cinta, maka
dari itu Tiffany sebagai sahabatnya memberi pencerahan kepada sahabatnya itu.
“Entahlah Tae, sepertinya pikiranmu sudah tidak bisa diganggu gugat. Aku hanya
akan memberimu saran terakhir untuk masalahmu ini. Temui dia dan ungkapkan
perasaanmu”. Tiffany menepuk pundak Taeyeon dan beranjak dari tempatnya untuk
pulang.
.
. Gusar. Itu yang Taeyeon rasakan saat ini. Kenapa?
Apa kalian masih membutuhkan jawabannya?Tidak. Kalian bisa menebak apa yang
membuat Taeyeon gusar seperti ini. Air mata sudah merata di wajahnya, isakan
tak henti – hentinya keluar dari bibir munyil itu. Dia mengingat
pertengkarannya dengan Jungkook waktu lalu.
Pertengkaran dengan berbagia
pertanyaan yang masih menggantung bagi keduanya dan cukup membuat hubungan
mereka berakhir tanapa ada katanya perpisahan. Taeyeon mengingat saat pulang
sekolah dia tidak bisa pulang karena mendapat tugas dari Yoon songsaengnim dan
berakhir diperpustakaan. Taeyeon takut sendirian, sore itu sekolah cukup
menyeramkan bagi yeoja seukuran dirinya. Untung Jungkook menemaninya. Yang ia
tau Jungkook tidak akan pulang sebelum Taeyeon pulang. Saat itu juga Taeyeon
lapar tapi tidak ia pedulikan dan tiba – tiba Jungkook pamit untuk keluar
sebentar.
Berselang beberapa
menit Jungkook datang dan langsung menaru sebungkus burger dan soda di depan
Taeyeon , membuat yeoja itu
menyerngitkan alis saat memalingkan matanya dari buku menuju bungkusan itu.
Lalu menatap ingsan yang duduk di sampingnya, tersenyum. Itu yang dapat Taeyeon
lihat sekarang. “Aku tidak bisa melihat yeojaku mengerjakan tugas dengan muka
yang gusar karena kelaparan”, ucapnya dengan cengiran. Taeyeon memincingkan
alisnya. “Aku tau kau lapar Yeoni, apa kau pikir aku tidak dengar suara perutmu
yang sedang demo itu huh?”. Sembari mengacak rambut Taeyeon. “Sudahlah hentikan
dulu , ini makan”, paparnya lagi. “Ah!! Gomawo ne jung-”, “kookie”, lanjut
Taeyeon sembari tersenyum. Jungkook
hanya merespon dengan mengacak rambut Taeyeon.
Taeyeon memakan burger pemberian
Jungkook itu, ia merasa bahwa dia adalah gadis beruntung yang bisa memiliki
Jungkook. “Makan yang kenyang jika kurang bilang saja”, sembari membelai rambut
Taeyeon.
Tangis Taeyeon semakin jadi. Apa benar tentang
Jungkook yang menjadikannya pacar untuk sekedar mendengar kata I Love You dari
Taeyeon. Tapi di hari pertengkarannya itu ucapan terakhir sebelum pergi
meninggalkannya adalah ‘aku mencintaimu , terserah kau percaya apa tidak’.
Kalimat itu, apa sebuah pernyataan cinta darinya atau sekedar ingin mendengar
Taeyeon menyatakan cinta?. Sungguh bingung bukan?.
.
.
.
Disinilah sekarang Taeyeon berada, di depan kelas
Jungkook. Banyak mata yang melihatnya, sekilas terdengar sindiran dan makian
dari mulut yeoja – yeoja yang melintas disana. Tapi tak Taeyeon hiraukan. Dia
tau Jungkook belum datang karena dia sudah mengecek kelas itu dan memutuskan
untuk menunggunya di depan kelas. ‘Huhhff’, Taeyeon menghela nafas dengan kasar
dia sudah menunggu kurang lebih 30 menit disana, apa Taeyeon harus menyerah?
Sepertinya Taeyeon bersikeras menunggu Jungkook.
‘Buk’, Taeyeon merasakan
tepukan di pundaknya, dan langsung melihat siapa orang yang mencoba
berinteraksi dengannya. “Noona”, ucap suara itu pelan. “Sedang apa noona
kesini?”,tanyanya. Taeyeon masih belum menjawab, dan menatap kelas itu dengan
tatapan sendu. “Jungkook tidak datang ke kelas hari ini”, kata namja itu yang
mengetahui apa yang ada di pikiran yeoja itu. Taeyeon masih terdiam. “Tapi Tae,
bukannya besok dia pindahnya?”, kata Taeyeon pada akhirnya.
“Aku tau , tapi dia tadi mengirimiku pesan. Kalu dia
tidak akan datang hari ini”. Ucap Taehyung. “Wae?”, tanya Taeyeon gelisah.
“Wae? Wae? Apa dia sakit? Apa dia sakit? Jawab aku Tae!!”, kata Taeyeon
setengah berteriak sembari mengguncangkan pundak Taehyung.
“Tenang, tenang noona. Dia mengatakan bahwa dia
harus ke suatu tempat”, jelas Taehyung. “Suatu tempat? Dimana? Bukan ke
Jepangkan? Suatu tempat itu bukan Jepangkan?”, tanya Taeyeon lagi. “Tidak
noona, dia tidak ke Jepang hari ini”. “Apa kau tau dimana tempat itu?”. Taehyung menggeleng pasti . “Terimaksih Tae,
aku akan mencarinya”, dengan cepat Taeyeon berlari dari tempatnya. “Tapi noona,
kau tidak tau dimana tempat itu”. Teriak Taehyung saat melihat yeoja itu
berlari.
.
.
Taeyeon pov
Dimana tempat itu? Aku harus mencarinya dimana? Taehyung
bilang dia tidak datang hari ini, apakah datang itu maksudnya datang ke kelas?
Jika ia berarti Jungkook berada di sekolah ini. Dan dia berada dimana
sekarang? Dengan larian kecilku aku
memikirkan keberadaan namja itu. Atap?
Ah benar , dia selalu bercerita kepadaku disaat aku sibuk dia akan berada di
atap sembari menunggu kesibukkanku berakhir. Dengan cepat kuberlari dengan kaki
ku ini. Tak peduli tatapan para murid yang menatapku dengan heran. Mungkin ini
pertama kalinya mereka melihat diriku seperti ini. Aku fokus dengan Jungkook
sekarang bukan dengan mereka.
Lihatlah
sekarang aku menaiki tangga dengan cepat seolah mempunyai banyak tenaga padahal
aku yakin setelah ini aku akan terkulai lemas dilantai. Ini semua karenamu Jeon
Jungkook.
Hoobe yang menyebalkan , yang bisa merubah orang
sepertiku menjadi seseorang yang sangat asing dimata banyak orang terutama aku
sendiri. Aku meilhat pintu bercat biru itu. Senyumanku mulai terulas. Ku buka
pintu dengan berharap bisa menemukan orang yang kucari.
“Hahhh hahhh haaah”, nafasku keluar tak karuan,
mataku mulai melihat sekeliling tempati itu dan membulatkan mata. Aku terduduk,
mengambil udara sebanyak mungkin, aku sangat lelah. Aku menangis , benar –
benar menangis. Mengepalkan tanganku dan memukul – mukul lantai. Mataku kecewa,
karena tidak menemukannya.
“SIAL DIMANA SEBENARNYA KAU JEON JUNGKOOK?”. Teriakku
tak terkendali. Ayolah Taeyeon kau adalah yeoja yang cerdas , bagaimana bisa
kau tidak dapat menemukan bocah tengil itu, kau harus memikirkan dimana
sekarang ia berada. Apa kau akan melepas bocah kelinci itu begitu saja tanpa
ada penjelasan apa – apa. Rutuk diriku sendiri. Aku mulai memutar pikiran,
Mengingat momen – momen kebersamaan kita , di tempat ynag sering kita pakia untuk
saling bertemu.
Apakah dia akan berada di tempat yang sering aku
kunjungi dengannya? Apa mungkin? Apa aku terlalu percaya diri bahwa dia
sekarang berada di tempat yang sering kita tempati bersama? Mungkin dia
ketempat dimana hanya dirinya saja yang tau. Tapi aku tidak boleh putus asa
begini, mencoba lebih baik daripada putus asa. Oke kuatkan dirimu Kim Taeyeon.
Aku mecoba menguatkan diriku sendiri. Berdiri dan mengambil nafas yang banyak
dan mulai berfikir. Dimana tempat itu? PERPUSTAKAAN , benar aku kan mencarinya
kesana.
Tidak ada, sial dimana bocah itu. Taeyeon berfikir.
TAMAN? Aku langsung berlari menuju taman. Sial, kini aku menangis lagi, “Tuhan
,apa usahaku hanya sia – sia begini?”, ucap ku tersedu – sedu.
Kringgg
Suara phonselku, aku masih terisak dan mencoba
mengambil phonsel yang sedari tadi berada di kantongku. Pesan . Ku buka pesan
itu tanpa basa – basi.
Dari:
TiBanny
Tanggal
:1 September
Waktu
: 07.18
Taeyeon
kemana kau? Aku hanya melihat tasmu saja, apa kau tidak akan masuk kelas hari
ini? Sekarang adalah ujian biologi. Yoon songsaengnim marah saat kau tidak ada
ke kelas. Apa kau bisa masuk sekarang
Aku baru ingat jika sekarang aku ada ujian. Aku masih
melihat pesan itu , tanpa tetesan air
mata yang keluar. Tunggu dulu , sekarang tanggal berapa? Tanyaku sendiri.
Tanggal 1 September bukankah sekarang ulang tahun Jungkook? Ah benar sekarang
ulang tahun Jungkook , tetapi dimana bocah itu sekarang. Di hari ulang tahunmu
kau membuat kesal , bahkan kau membuat air mata yang sudah lama sekali tidak
keluar menjadi keluar. Aku mulai mengingat sesuatu , ya sesuatu yang
berhubungan dengan ulang tahun Jungkook
Flashback
~ “Yeoni”, panggil Jungkook. “Hm?”. “Bulan depan adalah ulang tahunku”.
“Lalu?”
“Maukah
besok pergi denganku?”, tanya Jungkook. “Ulang tahunmu bulan depan tapi kau
mengajakku pergi besok”, sergah Taeyeon. “Aku hanya ingin mengajakmu pergi”, ucap lembut Jungkook.
Darah Taeyeon langsung mendesir cepat. “Ayo belajar”, kata Taeyeon sambil memukul
kepala Jungkook dengan buku untuk menghilangkan sesuatu yang aneh di dalam
tubuhnya.
~
Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai
ditempat tujuan. “Sungai Han?”, Jungkook mengangguk. “Ku tunggu bulan depan kau
disini”. “Maksudmu?”, Taeyeon benar – benar tidak mengerti maksud dari
perkataan Jungkook. “Kajja , keluar
Yeoni-ya”. Jungkook keluar mobil dan
disusul oleh Taeyeon.
Flashback End.
“Ku tunggu bulan depan kau disini” , aku megucapkan apa
yang ia ucapkan waktu itu. Ah berarti bulan depan itu adalah sekaraang. Ya
sekarang, ulang tahun Jungkook. Tunggu aku Jungkook. Maaf Tiffany aku tidak
akan pergi ke kelas.
Taeyeon pov end
Taeyeon turun dari taxi dan segera berlari untuk
sekedar menemukan bocah itu. Matanya berbinar , ‘Benarkan kau berada di sini
Jungkook’, kata Taeyeon dalam hatinya. Dengan lekas yeoja itu berlari
menghampiri namja yang duduk dan menatap sungai itu dalam diam.
“Jungkook”, ucap halus Taeyeon membuat orang yang
mempunyai nama itu membalikkan badannya. Tersirat wajah terkejut disana.
Jungkook terkejut dengan kedatangan Taeyeon.
“Junngkook”, kata Taeyeon lagi dan tak sadar sebuah
liquid bening meluncur sempurna di pipi yeoja itu. Usaha Taeyeon tidak sia –
sia. Dia bisa bertemu namja itu. “Selamat ulang tahun”, lembut Taeyeon.
“Apa yang kau lakukan disini noona?”.
Deg
Bagaikan sebuah panah menancap didadanya, kata –
kata itu begitu tajam. Sampai bisa mebuat Taeyeon terdiam membeku.
“Apa yang kau laukan?”, tanya Jungkook lagi. Kali ini
Jungkook menyayat jantung taeyeon secara perlahan.
Liquid yang sedari tadi terbendung kini telah runtuh
mebanjiri wajah canttik yeoja itu,“Rumor itu tidak benar kan? Kau memang
mencintaikukan? Itu hanya rumor yang membuat kita menjadi seperti ini. Itu semua
bohongkan? Katakan jungkook , katakan
jika semua itu bohong?”, setengah berteriak Taeyeon berkata seperti itu tidak
lupa dengan bergetarnya badan karena sudah tidak mampu lagi menampung kesakitan
itu.
“Aku mencintaimu”, ucap Taeyeon pada akhirnya.
Jungkook sedari tadi yang bediri melihat yeoja itu menangis, berucap ,
mempertanyakan sesuatu yang akan berpengaruh dalam kehidupan yeoja itu.
“Gomawo noona”. Hanya itu yang Jungkook katakan .
“Aku juga mencintaimu”. Jungkook membalas pernyataan
Taeyeon.
“Bisakah kita kembali?”, liquid itu tak berhenti
menetes, dengan keadaan seperti itu Taeyeon berharap bahwa Jungkook menjawab
‘iya’.
Jungkook menunduk. Ia terlihat berusaha keras
berpikir. Entah apa yang dpikirkan namja itu sekarang. Berselang satu menit
Jungkook mulai mengangkat wajahnya dan menatap lekat manik mata Taeyeon.
“Tidak”.
Kata itu membuat Taeyeon semakin terhenyak dia
menagis sejadi – jadinya , tak peduli pikiran apa yang dipikirkan namja itu
saat melihat betapa hancurnya ia saat ini.
Apakah ini akhir dari semua usaha Taeyeon? Tidak bisakah
ia dan Jungkook bersama seperti dulu? Bisakah senyuman kembali mekar diantara
keduanya saat sedang bersama?.
Kemudian Taeyeon
tersentak kaget saat sebuah tangan menangkup wajahnya. Membersihkan air
mata yang terus mengalir itu. “Tidak”. Jawabnya lagi. Yang membuat aliran itu
semakin deras.
“Aku hanyalah bocah labil yang tidak pantas
untukmu”. Ucapnya saat sudah melepaskan tangannya dan memunggungi Taeyeon.
Taeyeon masih tetap dengan tangisannya. Jungkook berjalan perlahan meninggalkan
Taeyeon.
“Aku hanyalah bocah brengsek yang tak baik untukmu,
maka dari itu tinggalkan aku dan tunggulah pria yang baik untukmu noona”.
Jungkook semakin menjauh dari Taeyeon.
“Kau yang terbaik untukku”, kata Taeyeon dengan harapan bahawa Jungkook akan berhenti
disitu dan berbalik kearahnya.
Jungkook berhenti. “Tidak. Pria itu akan datang,
saat pria itu datang katakan padanya ‘Say You Love Me’ ”, kata Jungkook dan dia
melanjutkan langkahnya. Kali ini Jungkook tidak kembali dia semakin jauh dari
Taeyeon.
Sedangkan Taeyeon terjatuh lemas. Badannya sudah tak
sanggup lagi, hatinya benar – benar hancur. Bocah itu, bocah kelinci itu sudah
membuat dirinya begini.
Kemudian Taeyeon merasa pandangannya berubah menjadi
sedikit gelap, dan dia menidurkan dirinya di tanah, “Noona , noona. Bangun !!
Noona...”.
TBC
Annyeong!!!! Di chapter ini menurut kalian gimana?Baguskah? Atau jelek? antau masih ancur? Sekaranga adalah hari pengumuman seleksi tes author. Semoga author lulus seleksi . Malah jadi Curhat. Hehehehe.. 3 ff udah di update. Yang baca 3 ff ini dari sekarang sampai jam 9 , author minta bantuan doa suapaya Author lulus seleksi. Cerita author minta sumbangan doa nih , Hehehe.. Mau gimana lagi? doa yang terpenting sekarang. Btw makasih udah stay baca ff di blog ini.Makasih juga buat doa yang kalian berikan.
Bye!!! See you next chap! Ohya sekedar informasi next chap di password. Cara dapatin? lewat email : Nadiyanabila45@gmail.com
No comments:
Post a Comment